Mahalnya Demokrasi Jatim

Pilkada dantang menjelang di Jatim, 500 M lebih anggaran di ajukan untuk pemilihan ketua suku di Jawa Timur. Apakah dana sebesar itu tidak sebaiknya untuk membangun Jatim lebih maju saja. Apakah harus sebesar itu dana yang harus dikeluarkan untuk berpesta.

Seakan Jatim menutup mata dengan realita kesejahteraan penduduknya. Masih banyak penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan, korban lapindo masih terlantar dan pengangguran makin hari makin bertambah. Kita habiskan 500 M lebih hanya untuk sekali tusuk. Dapat berapa tusuk sate? kalau 5 M dibelikan sate, bisa-bisa orang sejatim mabuk sate kali ya?

Bagaimanapun Jatim lebih membutuhkan dana tersebut untuk bangkit mengejar ketertinggalan dengan daerah-daerah lainnya. Daerah lain begitu maju dalam segala hal, sedangkan Jatim masih termangu dalam kebesaran sejarahnya, mengenang masa lalu nenek moyangnya.

Kita selalu membanggakan Majapahtlah, kedirilah, inilah, itulah. Jatim memang besar dari dulu, tetapi saatnya Jatim berbesar hati dan mawas diri bahwa Jatim makin hari makin tertinggal dibanding daerah lainnya.

Kelahiran pemimpin-pemimpin besar RI memang dari Jatim, seakan ini merefleksikan bahwa petarung-petarung negeri ini berasal dari Jatim. Maka tak pelak menghasilkan ajuan anggaran pilkada yang fantastis untuk pilkada Jatim mendatang.

Dana besar untuk pertarungan pemimpin-pemimpin besar untuk provinsi Jatim, mbok yau kita harus belajar jadi orang besar dengan memperbesar penghematan dan efisiensi dana untuk berpesta. Kita pesta demokrasikan udah biasa, apalagi Jatim gitu lho.

Ada yang luar biasa di Jatim, korban lapindo keleleran, banjir melanda, industri sidoarjo tak terurus, magetan yang tak begitu dikenal, industri KA seakan terlupakan, anak jalanan berkeliaran, pengangguran makin ambyur. UKM makin menghilang. Kita seakan tak pernah mengaku mabuk dengan keteleran kita dalam pesta demokrasi menenggak wiski party-party.

Memilih pemimpin yang tepat memang penting, mungkin lebih penting dari segalanya, bagi orangnya. Tetapi apakah calon pemimpin yang belum memimpin saja sudah menghabiskan uang rakyat yang akan kita pilih. Rakyat tak punya pilihan lain, karena seakan kata pilihan adalah satu doktrin mengerikan tanpa pilihan.

Tetap termangu, mau tidak mau kudu melu.

Bagimu yang masih nganggur klik, semoga kita dapat bekerja sama, untuk mengurangi masalah bangsa, dengan menyelesaikan masalah kita sendiri. Siapapun pemimpinnya saya yakin Beliau adalah orang punya komitmen manjadi pemimpin tidak sekedar pemimpi

http://dcyber.co.cc

4 responses to “Mahalnya Demokrasi Jatim

  1. seluruh pasangan cagub-cawagub Jatim tidak ada yang mau ngomong mengenai masalah yang paling serius di hadapi oleh Jawa Timur, yaitu masalah Lumpur Lapindo. Bagi mereka, membela rakyat tidak akan menguntungkan posisi mereka dibandingkan kalau mereka membela Lapindo. siapa sih yang tidak mau digelontor duit dan biaya kampanye dari Bakrie yang tanpa batas itu???

  2. Siapapun orangnya, pemimpin ada dalam diri kita sendiri. Saat bapak Demokrasi Indonesia sekarang di tikam. Dan sistem NKRI tak kunjung menunjukkan prestasi nyata, jangan lupa bahwa KITA sebagai bangsa telah mempunyai sejarah besar dan di takdirkan menjadi BESAR. Maka jangan heran kalau pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat akan terbentuk dengan sendirinya. Banyak tayangan TV menyiarkan acara adat dan tradisi mulai meramaikan dunia penyiaran kita. Dan soal lapindo, dia adalah korban dari takdir untuk menerima kutukan tanggung jawab atas perbuatannya, untuk sebuah ramalan besar yang telah di tulis dalam dan sejak kata “PORONG” di lahirkan. Jangan terlalu kaget, dan berharap. Tuntut lapindo adalah keniscayaan. Selamat berjuang saudaraku.

Leave a comment